Beberapa Aspek estetis menggunakan dinding Bata Ekspose

Walaupun saat ini style minimalis – modern yang banyak mempergunakan material kaca, metal, dan beton seakan menjadi mainstream, tetapi hingga saat ini batu bata masih merupakan material yang paling dominan digunakan dalam suatu konstruksi bangunan rumah tinggal. Umumnya memang bata hanya dipergunakan sebagai bahan pengisi dinding yang nantinya tidak akan terlihat, karena tertutup finishing dinding seperti plester dan aci. Tetapi boleh saja kita memilih untuk menampilkan bata tersebut tanpa finishing, inilah yang biasa disebut bata ekspose. Bukan tidak mungkin, tampilan bata ekspose yang natural, etnik, dan sedikit tidak rapi, malah bisa mencuri perhatian di tengah-tengah tampilan bangunan saat ini yang cenderung seragam, modern, rapi, dan steril.
Tehnik pembuatan
Secara prinsip, untuk memperoleh ekspresi bata ekspose ada beberapa tehnik yang bisa dilakukan :
  1. Yang pertama adalah menggunakan batu bata biasa sebagai bahan pengisi dinding. Lalu dinding diplester seperti biasa. Yang membedakan adalah plesteran dinding tersebut dibentuk dengan pola seperti pasangan bata, lalu difinishing dengan cat. Tehnik yang sama dengan hasil yang jauh lebih baik bisa diperoleh dengan menggunakan materi batu bata yang dihancurkan sebagai bahan plesteran.
  2. Yang kedua, adalah menggunakan keramik/tile khusus dari bahan terakota yang berukuran seperti bata. Keramik terakota tersebut ditempelkan pada dinding bata biasa yang telah diplester dengan teknik yang sama seperti cara pemasangan keramik dinding biasa.
  3. Cara yang ketiga, yang merupakan cara paling sulit, tetapi juga memberikan hasil akhir yang paling ekspresif adalah menggunakan bata khusus bata ekspose sebagai bahan penyusun dinding.
Aspek yang harus diperhatikan
Untuk memperoleh dinding bata ekspose yang baik (dengan tehnik yang ketiga), ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
  1. Pemilihan bata. Tidak sembarang bata dapat dipergunakan. Bata yang bisa dipergunakan adalah bata yang memang diperuntukkan bagi dinding bata ekspose. Bata jenis ini biasanya mempunyai permukaan yang lebih halus, ukuran yang lebih presisi, dan lebih kuat dari batu bata biasa. Umumnya dikenal dengan Bata Bali. Ada pula jenis bata ekspose yang berongga udara di dalamnya. Pemilihan bata juga harus memperhatikan fisik bata, keseragaman warna, dan kematangan pembakaran. Sebaiknya bata yang retak atau patah tidak dipergunakan.
  2. Adukan. Gunakan adukan yang penuh pada setiap barisan bata. Gunakan semen yang berkualitas baik pada campuran adukan pemasangan bata. Kualitas dan campuran adukan harus konsisten, sehingga akan dihasilkan warna dan kekuatan yang relatif seragam setelah adukan mengering. Kualitas semen yang dipergunakan sangat penting. Karena tidak mempergunakan plesteran dan acian, maka kekuatan dinding bata ekspose hanya bertumpu pada dua hal, kualitas bata dan kualitas adukan. Campuran adukan sebaiknya dipergunakan 1 : 3 (semen : pasir), dengan ketebalan adukan 2-3cm.
  3. Kerapihan pemasangan. Berbeda dengan pasangan bata biasa yang hanya perlu memperhatikan kelurusan dan kerapihan pada satu arah saja (arah vertikal yang membentuk tebal dinding), maka pemasangan bata pada dinding bata ekspose harus memperhatikan kerapihak pada tiga arah. Dua arah selain arah tebal dinding tadi, adalah arah tampilan vertikal dan horizontal. Pola pemasangan memang tidak melulu harus seperti pola pada pemasangan bata konvensional. Anda bebas berkreasi dalam pola pemasangan bata. Namun, pola apapun yang dipakai, kuncinya tetap pada kerapihan pemasangan bata, kecuali Anda memang menghendaki pola yang tidak beraturan. Ketinggian maksimal dalam satu tahap pemasangan adalah 1-1,5m.
  4. 4.       Tenaga dan Alat. Tenaga yang berpengalaman mutlak diperlukan pada pembuatan dinding bata ekspose. Gunakan batang aluminium sebagai jidar (acuan pemasangan). Penggunaan jidar dari kayu sebaiknya dihindari, karena tidak terjamin kelurusannya.
  5. 5.       Pemasangan utilitas. Penggunaan tehnik bata ekspose yang menyeluruh pada bangunan menyulitkan pemasangan instalasi utilitas, misalnya jaringan kabel, pipa air bersih, dan pipa air kotor. Pilihannya adalah, mengekspose sekalian jaringan utilitas tersebut, atau menyembunyikannya pada bagian sudut-sudut dinding atau bagian dinding yang tidak menggunakan tehnik bata ekspose.
Biaya
Dari aspek-aspek di atas, lalu timbul pertanyaan, ‘dari aspek biaya, apakah pemilihan penggunaan tehnik bata ekspose memerlukan biaya yang lebih murah daripada dinding bata biasa ?’. Jawabannya adalah, ‘belum tentu’, bahkan cenderung ‘tidak’. Semua tergantung dari kualitas dinding bata ekspose yang ingin kita hasilkan. Memang dinding bata ekspose tidak memerlukan komponen material plester dan aci. Tetapi ada beberapa biaya tambahan yang perlu kita keluarkan bila memilih tehnik bata ekspose tersebut, yaitu :
  • Harga material bata yang lebih mahal. Satu buah bata ekspose berharga sekitar Rp. 1.700,- s/d Rp. 2.500.-. Bandingkan dengan harga bata press biasa yang hanya seharga Rp.500,- s/d Rp. 700,- per buah.
  • Ongkos tukang yang lebih mahal, tentu tukang yang lebih terampil akan membawa konsekuensi biaya tenaga kerja yang lebih besar.
  • Waktu yang lebih lama. Ketelitian yang diperlukan dalam pemasangan bata ekspose membuat waktu pengerjaan lebih lama bila dibandingkan dengan pemasangan bata biasa yang tidak perlu terlalu teliti.
Perawatan
Indonesia adalah daerah dengan iklim tropis dengan kelembaban yang tinggi. Sedangkan tehnik bata ekspose tentu akan menghasilkan terkstur permukaan yang sangat kasar yang merupakan tempat ideal bagi tumbuhnya lumut dan jamur. Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya lumut dan jamur maka permukaan bata ekspose – terutama yang berada di eksterior- perlu dilapisi dengan coating. Coating yang dipergunakan bisa sama dengan coating yang dipergunakan untuk melapisi batu alam. Saat ini tersedia banyak sekali coating di pasaran dengan berbagai ekspresi akhir yang dikehendaki, ada yang doff (alami , tidak mengkilat), gloss (mengkilat, memiliki efek basah), serta semi gloss yang berada di antara keduanya. Penggunaan coating tersebut bisa diulang setiap 6 bulan sekali. Pilihan lain adalah melapisi bata ekspose tersebut dengan cat tembok biasa, tetapi bila finishing tersebut yang dipilih, maka warna natural bata dan semen akan tertutup, dan kita hanya akan memperoleh tekstur sesuai dengan pola pemasangan bata.
Aspek estetis dan arsitektural
Di mana kita bisa mengaplikasikan dinding bata ekspose pada bangunan ?. Terserah Anda, Anda bisa mengaplikasikannya secara penuh pada seluruh bangunan atau hanya pada ruang-ruang tertentu, atau pada bidang-bidang dinding tertentu yang menjadi aksen pada suatu ruangan, atau bahkan hanya pada suatu elemen saja, misalnya kolom.
Lalu, style arsitektural apa yang cocok dengan pemakaian dinding bata ekspose?. Apakah harus bangunan dengan style tradisional dan etnik saja yang boleh memakai dinding bata ekspose?. Tidak juga, sebetulnya style apapun cocok-cocok saja dengan aplikasi dinding bata ekspose. Bila pada bangunan dengan style tradisional dan etnik dinding bata ekspose cenderung diaplikasikan pada seluruh bangunan. Pada style yang lebih modern dinding bata ekspose hanya dipergunakan sebagai aksen.
Memang, bila dilihat uraian di atas, penggunaan tehnik bata ekspose terkesan repot dalam pembuatan, biaya yang lebih mahal, serta perawatan yang lebih susah bila dibandingkan dengan dinding bata biasa. Tapi, setelah selesai, semua kerepotan itu akan terbayar tuntas, karena dinding bata eskpose akan memiliki kesan yang sangat unik, natural, etnik, dan mempunyai aksen estetis yang sangat kuat.
Anda akan sepakat dengan saya setelah melihat contoh-contoh rumah tinggal berikut ini yang menggunakan dinding dengan tehnik bata ekspose. (sumber gambar : arsindociptakarya.com; astudioarchitect.com; 88db.com; beritabagus.net; universalforum.info; wadero-architect.blogspot.com)



Septana Bagus Pribadi, ST, MT
Staff Pengajar Jurusan Arsitektur FT Undip
Seperti dimuat di Rubrik Bale, Harian Suara Merdeka 24 Juni 2012 hal 28
septanabp.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages