Berbagai macam arsitek pengen menjadi yang mana?


apa iya sih seluruh mahasiswa jurusan arsitektur itu mau jadi arsitek semua kalau udah lulus ntar? Dihitung kasar aja, jumlah mahasiswa di jurusan tempat saya mengajar kira-kira 200 orang per angkatan, berarti dalam 5 tahun aja, sudah ada 1000 orang lulusan yang ‘siap jadi arsitek’. Itu baru dari Undip, belum ditambah dengan PTN dan PTS yang lain yang ada jurusan arsitekturnya. Di pulau jawa aja ada berapa belasan, puluhan mungkin?.  Apa iya semuanya mau jadi arsitek ?
Arsitek sendiri termasuk profesi purba, artinya sudah ada sejak jaman dahulu kala, sejak jaman empu sendok belum lahir mungkin. hehehe..Tapi saat ini sih, profesi arsitek sudah jauh berkembang dalam lingkup yang sangat luas.
Meminjam istilah kolega saya, pak Budi Sudarwanto, ketika kami berusaha memetakan profil lulusan, setelah selesai kuliah nanti, lulusan sarjana arsitektur akan tersebar sebagai :
  1. Arsitek Profesional. Nah, mungkin ini yang bisa disebut sebagai ‘arsitek beneran’, tapi jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 15-20% dari jumlah lulusan. Mereka nanti yang akan berkarya sebagai arsitek profesional, baik bekerja sendiri ataupun bekerja pada sebuah biro konsultan arsitektur. Tetapi harus diingat, bahwa lulusan sarjana arsitektur belum diakui sebagai seorang arsitek dalam dunia arsitek profesional. Setelah lulus, mereka harus magang dulu selama 2 tahun pada sebuah konsultan yang diakui, barulah setelah itu mengikuti semacam ujian atau sertifikasi yang diadakan oleh asosiasi arsitek, dalam hal ini, IAI (ikatan arsitek indonesia). Sertifikasi sangat penting di sini, karena hampir seluruh tender atau lelang untuk pekerjaan perencanaan, mensyaratkan keanggotaan asosiasi bagi tenaga ahli pada seluruh peserta lelang/tenderya. Kalau mau tahu lebih banyak, tanya-tanya aja ke IAI yaa. Buat yang nggak akan menempuh jalur ini sih nggak usah mikirin hal-hal yang kayak gitu. hehee. Saya aja enggak.
  2. Arsitek Peneliti/employee.  Adalah lulusan arsitektur yang bekerja pada instansi tertentu, yang ketika mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, masih menggunakan sebagian besar basic ilmunya sebagai arsitek. Misalnya lulusan arsitek yang bekerja di LIPI, atau lulusan arsitek yang bekerja di bank sebagai analis properti, bekerja di developer, bekerja di kontraktor, dll. Bagi mereka yang bekerja di instansi seperti ini, biasanya sertifikasi dari asosiasi tidak diperlukan. Yang penting perusahaan puas dengan kinerja dan hasil kerja mereka. habis perkara.
  3. Arsitek Akademisi. Nah, ini adalah arsitek yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, misalnya sebagai tenaga pengajar atau dosen. Jumlahnya tentu tidak banyak, karena daya tampung tenaga pengajar atau dosen tentu terbatas. Bagi yang termasuk dalam kelompok ini, sertifikasi dari asosiasi tidaklah terlalu penting. Yang penting baginya adalah berusaha terus menerus mengupdate ilmu pengetahuannya tentang dunia arsitektur, serta menempuh jenjang pendidikan formal sesuai dengan bidang ilmunya hingga tahap Strata 2 dan Strata 3. Bagaimana bila ada pengajar yang nyambi menjadi arsitek profesional? Buat saya sih tak mengapa, karena dg nyambi tersebut justru ilmu dan pengalamannya akan selalu update dan dapat ditularkan kepada anak didiknya. Tentu ada batasannya, yaitu jangan sampai tugas mengajarnya yang jadi sambilan. hehehee
  4. Arsitek Birokrat. Beberapa lulusan sarjana arsitektur yang saya kenal ada pula yang bekerja di pemerintahan, misal di Kementrian PU, Dinas Tata Kota, Pemkot atau Pemda tertentu. Oke-oke saja, bagus malah. Selama kuliah arsitektur kita dibekali kemampuan untuk menganalisis data dan masukan serta memecahkan masalah. Hal itu bisa menjadi bekal seorang sarjana arsitektur untuk berkecimpung di pemerintahan. Semoga dengan bekal itu, anda akan menjadi birokrat yang baik, dan sanggup untuk memecahkan berbagai masalah fisik, infrastruktur, dan bahkan sosial yang sudah sangat berat membebani masyarakat saat ini.
  5. Arsitek Wirausaha. Yang saya sebut sebagai arsitek wirausaha di sini, adalah arsitek yang nantinya akan punya usaha sendiri, dan sama sekali tidak berminat untuk menjadi karyawan orang lain. Yang kayak gini ini yang harus diperbanyak nih. Jadi kalau bisa begitu lulus yang ada di pikirannya jangan cuman ngelamar kerja aja, tapi gimana caranya supaya bisa bikin lapangan kerjaan buat orang lain. (kalau ngelamar istri sih iya… hehehe). Usaha apa aja?. Boleh berhubungan dengan ilmu arsitektur, tidak pun tak mengapa. Anda bisa menjadi developer, kontraktor, penulis buku-buku tentang arsitektur, menjadi produsen atau distributor bahan bangunan, mendirikan agen real estate, dll. dll. Mau yang nggak ada hubungannya dengan arsitektur sama sekali ya silahkan saja, bikin usaha kuliner, bikin usaha fotocopian dan printing, usaha konveksi. Terserah saja, hidup hidup anda sendiri kok, ya terserah, yang penting halal dan membawa manfaat buat orang banyak.

Nah, bukan tidak ada maksudnya saya membuat tulisan singkat ini. Kebetulan dalam rangka Dies Natalis ke 50 Jurusan Arsitektur Undip akan diadakan semuah Seminar Nasional dengan tema ‘Borderless Architecture. Apa maksudnya? Kami ingin menunjukkan potret seorang arsitek dalam arti seluas-seluasnya, bukan hanya dalam arti sempit seorang arsitek yang hanya berperan sebagai ‘tukang desain bangunan’, tapi berbagai aspek dan profesi yang berkaitan dengan dunia arsitektur yang bisa menjadi tempat pilihan untuk berkarya bagi seluruh lulusan sarjana arsitektur. Jadi silahkan googling ttg seminar itu, investasikan uang untuk beli tiketnya, dan beritahu seluruh kenalan anda yang tertarik dengan yang namanya arsitek atau arsitektur. Bila ingin info lebih lanjut, silakan follow saja twitter @BorderlessArch.
septanabp.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages