Tak bisa disangkal, trend desain rumah hingga saat ini masihlah berkutat di sekitar desain minimalis. Para developer sebagai penyedia utama perumahan pun masih membangun blok-blok baru dengan style minimalis, pertanda bahwa memang selera pasar belum beranjak dari style desain minimalis.
Hanya terkadang kita lupa, kita hidup di Indonesia yang tidak bisa dipisahkan dari iklim tropis. Ketika bicara iklim tropis, berarti kita bicara tentang curah hujan yang tinggi, rentang musim hujan yang panjang, cahaya dan panas matahari dengan intensitas tinggi, serta kelembaban udara yang tinggi. Kesemuanya itu harus kita sikapi secara arif, terutama dalam aplikasi desain tempat tinggal.
Lalu bagaimanakah cara mempunyai rumah yag tetap terlihat minimalis, tetapi dengan masih mengakomodasi iklim tropis secara optimal ?
1. Atap Miring
Sejak jaman dahulu, arsitektur vernakular Indonesia identik dengan atap miring. Nenek moyang kita sudah sadar sejak ratusan tahun yang lalu, bahwa curah hujan di tempat hidupnya. Air mempunyai hukum dasar untuk selalu mencari tempat yang terendah. Sehingga penggunaan atap datar hanya akan memperbesar kebocoran. Prinsip yang terbaik yang harus dilakukan adalah tetap dengan mengalirkan air secepat mungkin ke dalam tanah dengan bidang atap yang miring. Kemiringan atap harus cukup untuk bisa mengalirkan debit air dalam volume yang cukup besar dalam waktu yang singkat. Paling tidak gunakan atap dengan kemiringan minimal 25 derajad.
Bila ingin tidak ingin memperlihatkan bidang atap yang miring, supaya tampilan minimalis lebih kental, bisa saja dengan menyembunyikan atap di balik bidang dinding yang dibuat tinggi di fasad depan rumah.
2. Teritisan yang Lebar
Teritisan adalah bidang yang terletak di antara ujung atap dengan dinding. Fungsi teritisan ada 2. Yang pertama adalah melindungi bidang dinding dan bukaan (jendela) dari air hujan. Bila tidak ada teritisan, maka air hujan akan tampias dan masuk ke dalam jendela. Fungsi yang kedua adalah melindungi bidang dinding dan bukaan terhadap radiasi panas matahari. Dinding yang terekspose radiasi matahari secara langsung akan mudah kotor dan berlumut, sebaik apapun cat dinding eksterior yang dipergunakan.
Teritisan bisa kita dapatkan langsung dari perpanjangan ujung atap. Biasanya selebar 80cm hingga 100cm. Tetapi seperti halnya dengan kemiringan atap di atas, bila ingin mendapatkan kesan minimalis yang lebih kuat, teritisan bisa diganti dengan kanopi atau dak beton. Tentu harus diperhatikan betul kekuatan dak beton yang dibuat, karena dak beton tersebut berfungsi langsung untuk melindungi dinding dan jendela dari hujan dan radiasi matahari. Kekuatan dak beton tergantung kualitas dari bahan-bahan penyusunnya, yaitu semen dan pasir, serta ketepatan campuran di antara bahan-bahan tersebut.
3. Atur Orientasi Bangunan.
Sedapat mungkin hindari bukaan-bukaan yang lebar ke arah barat. Karena di arah baratlah terdapat radiasi panas matahari yang terbesar di waktu sore. Apabila sudah terlanjur memiliki rumah atau lahan yang menghadap ke barat, perlindungan ke arah tersebut mutlak diperlukan. Perlindungan bisa menggunakan teritisan atau kanopi beton yang lebar, atau bisa juga dengan penambahan sirip vertikal untuk menahan panas matahari yang datang dari arah samping. Pemanfaatan unsur alami seperti pohon dan vegetasi juga cukup efektif untuk menahan radiasi matahari.
4. Gunakan Ventilasi Alami.
Iklim tropis identik dengan kelembaban udara yang tinggi. Kelembaban yang terlalu tinggi akan mengurangi kenyamanan termal yang dirasakan oleh manusia. Penggunaan ventilasi alami sebanyak mungkin akan menjamin cukupnya pertukaran udara secara alami untuk menjaga supaya udara tidak terlalu lembab.
5. Material yang tepat.
Material yang kasar dan berporous seperti batu alam misalnya, akan mempercepat tumbuhnya lumut dan jamur. Untuk itu hindarilah penggunaan material tersebut pada bidang-bidang yang terekspose langsung terhadap sinar matahari dan hujan. Bila terpaksa mengaplikasikan material tersebut pada eksterior untuk pertimbangan estetika, jangan lupa gunakan coating untuk menutup pori-pori material, sehingga menghambat pertumbuhan lumut dan jamur.
Nah, jadi kita bisa saja punya hunian dengan style minimalis tetapi juga tetap tanggap terhadap iklim tropis bukan? Seperti kita lihat pada desain rumah karya arsitek Agus CW ini, cantik bukan ?
Septana Bagus Pribadi, ST, MT
Staff Pengajar Jurusan Arsitektur, FT Undip, Semarang
Tulisan ini dimuat di Rubrik Bale. Harian Suara Merdeka
septanabp.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar