Inspeksi
atau pemeriksaan suatu hasil atau produk biasanya dilakukan dengan
tujuan untuk menjaga kualitas produk agar sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Inspeksi yang dilakukan terhadap suatu produk diantaranya
berupa pemeriksaan bentuk, cacat, dsb. Pemeriksaan cacat suatu material
dilakukan dengan metode uji tanpa merusak (Non Destructive Test).
Metode uji tanpa merusak untuk material logam dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya metode penetrant cair, magnetik partikel,
ultrasonik dan sebagainya.
Metode penetran cair digunakan untuk
mendeteksi cacat permukaan seperti retak, porositas, laminasi, dan
cacat—cacat yang lain karena proses welding, forging, manufaktur dsb.
Prinsip kerjanya adalah fenomena kapilaritas. Karena fenomena inilah
memungkinkan cairan yang tertinggal dalam lubang yang sempit tertarik
dan muncul ke permukaan. Metode ini merupakan salah satu metode yang
paling sedehana, luas penggunannya dan merupakan uji tanpa merusak
tertua. Beberapa peralatan yang dipakai adalah bahan penetran, cleaner,
developer dan kain atau majun. Langkah pertama yang dilakukan adalah
precleaning yang merupakan pembersihan awal material dari sesuatu yang
menutup permukaan benda uji seperti debu, cat, kerak dsb. Beberapa bahan
yang direkomendasikan untuk melakukan precleaning seperti detergen,
solvent, uap air dan bahan pelarut lainnya. Setelah material tersebut
kering dari cairan pembersih, langkah selanjutnya adalah melakukan
aplikasi penetran dengan menyemprotkan pada area material yang
disinyalir adanya retak. Setelah itu dibiarkan beberapa menit sampai
cairan penetran masuk ke celah retak tersebut. Waktu tunggunya sekitar 5
sampai 30 menit. Pembersihan penetran berlebih yang tidak masuk ke
celah cacat dilakukan setelah dwell time terpenuhi.
Proses pembersihan dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan air,
emulsifier, atau solvent. Setelah pembersihan penetran permukaan obyek
uji perlu dikeringkan terutama jika menggunakan developer bubuk kering.
Pengeringan berlebih dapat merugikan karena penetran dalam celah retak
menjadi kering dan sulit untuk tertarik keluar. Pengeringan untuk air
dan emulsifier dilakukan dengan ditiriskan secara natural, dilap dengan
kain bersih, dan dianginkan mengunakan blower. Sedangkan pengeringan
solvent biasanya dilap dengan kain bersih yang kering dan dikeringkan
secara natural. Ketika developer digunakan pada benda uji, maka
permukaannya harus kering dan tidak lengket serta menggumpal. Developer
harus berwarna terang dan kontras dengan penetran untuk memudahkan
pengamatan. Penggunaan developer dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya dibenamkan (Dipping), soft bush, Hand powder bulb, dan
sebagainya. Dwell time developer adalah waktu yang dibutuhkan untuk
development, mulai dari pemberian developer sampai dibolehkan untuk
evaluasi. Menurut ASTM E-165 dan ASME V art 6 maka dwell time developer
adalah 7 menit. Tahap interpretasi dilakukan jika dwell time developer
telah terpenuhi dengan mengamati bentuk, ukuran dan lokasi indikasi.
Jika indikasi cacat terlihat berwarna merah tua, maka indikasi telah
benar dan tidak ada kesalahan dalam pemberian developer. Sebaliknya Jika
indikasi berwarna merah muda dan warna background tidak ada, maka hal
ini menunjukkan terjadinya over wash atau developer terlalu tebal.
Setelah obyek uji selesai diperiksa, maka permukaannya harus dibersihkan
untuk menghindari korosi yang disebabkan oleh sisa cairan penetran dan
developer. Metode dan teknik yang digunakan yaitu dilap dengan kain
yang dibasahi air untuk penetran waterwashable, atau lap kain yang
dibasahi solvent.sumber : api-iws.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar