Ohya, sebelum kita mulai, saya sampaikan dulu. Semua tips-tips desain yang saya muat di blog ini bukanlah teori-teori ilmiah . Semuanya hanyalah konsep-konsep ‘jalanan’, artinya ya hanya yang terpikir dan terlintas dalam pikiran saya sendiri. Jadi sama sekali bukan dari teori atau buku-buku tertentu. Sumbernya ya campuran, ada yang mungkin berasal dari buku-buku yang dulu pernah saya baca, object-object yang pernah saya lihat, ataupun tidak berasal dari manapun dan murni imajinasi saya sendiri (baca = karangan) hehe. Saya hanya ingin share saja kepada siapapun. Kalau ingin konsep-konsep perancangan yang ilmiah dan textbook, ya jangan tanya sama saya… heheee. Saya nggak tahu, saya kan dosen struktur. tanya saja Pak Bharoto, Pak Pipiek, atau Pak Malik.
Ok kita lanjut ya.
Semua orang tahu repetisi adalah pengulangan. Dalam desain arsitektur, repetisi sangat sering digunakan. Yang diulang bisa macam-macam. bisa suatu elemen bangunan, kelompok elemen bangunan, warna tertentu, besaran sudut tertentu, ataupun bentuk geometris tertentu, Dari repetisi ini timbulah suatu irama.
Faktanya adalah : suatu obyek akan terlibat lebih baik, lebih compact, lebih menarik, bila ada banyak kesamaan-kesamaan yang diulang pada obyek tersebut, daripada apabila obyek tersebut terdiri dari banyak komponen dengan karakter yang sama sekali berbeda.
Hal ini, yang menjadi kesalahan umum banyak mahasiswa arsitektur. Misalnya mereka mendesain sebuah bangunan dengan 10 buah bukaan/jendela. Mereka mengira dengan lebih banyak desain jendela, akan menjadi lebih menarik, sehingga ke-10 jendela tersebut didesain ke-10-10 nya, sehingga bangunan tersebut mempunyai 10 jenis desain jendela. Padahal tidak demikian, semakin banyak ragam desain elemen pada suatu obyek, malah akan menjadi semakin terlihat tidak padu dan berantakan. Misal sebuah bangunan mempunyai 10 bukaan, cukup desain 2-3 jenis bukaan, lalu aplikasikanlah 2-3 macam desain tersebut dalam ke-10 bukaan yang ada, Itu yang disebut repetisi.
Pemakaian sudut juga demikian, Seandainya kita hendak mengaplikasikan sebuah besaran sudut pada suatu desain, pakailah SATU ATAU DUA MACAM SUDUT SAJA. Saya tulis pakai huruf kapital nih, karena penting banget. sudut tersebut bisa diaplikasikan dalam denah, tampak, elemen bangunan, atau sudut atap. Jangan sampai ada sudut atap yang berbeda-beda pada suatu desain bangunan. Kecuali pada saat itu sedang menerapkan konsep hierarki atau transisi, yang akan kita bahas di postingan yang lain.
Ok, cukup bla-blanya ya, langsung ke gambar saja.
Gambar di bawah ini contoh repetisi pada elemen bangunan :
Kalau gambar yang di bawah ini adalah repetisi kelompok elemen bangunan (repetisi suatu bagian dalam bangunan)
Lihat gambar di bawah ya. harmony tercipta karena hanya ada 2 macam jendela, kotak dan melengkung, yang melengkung sebagai aksen, sementara jendela kotak dengan ukuran, bentuk, dan jumlah yang sama diaplikasikan di berbagai tempat. Anda bisa bayangkan bila jendelanya didesain beda-beda semua? Wah nama di depan gedungnya ‘harmony’ pulak. hehe
Nah, kalau yang di bawah adalah repetisi sudut. Besaran sudut yang ada pada desain bangunan ini adalah sudut yang sama. Bayangkan seandainya sudutnya beda-beda semua. Taruhan goceng…. pasti jelek :)
Repetisi dapat juga diterapkan pada pengulangan pola pada berbagai level desain. Misalnya lihat gambar di bawah ini, pola curve dengan sudut-sudut yang roundditerapkan mulai pada fasad/muka bangunan, tapak/halaman, hingga interior. Coba bayangkan seandainya polanya beda-beda, fasad seperti itu, tapak/halamannya kotak-kotak, lalu interiornya menyudut-nyudut. hiiii.. nggilani.
Yang harus diingat adalah, repetisi tidak boleh berlebihan, harus ada break, variety,dan aksen. Binatang apa itu? Insya Allah akan kita bahas pada tips-tips berikutnya. kalo saya lupa diingetin ya.
septanabp.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar