Indonesia secara geografis terletak pada daerah perbatasan lempengan tektonik yang menjadikan kondisi bentang alamnya berbukit dan bergunung-gunung serta banyak memiliki gunung berapi aktif. Kondisi bentang alam yang sedemikian itu menyebabkan rentannya struktur tanah terhadap bahaya longsor akibat dari tidak stabilnya lereng.
Dalam banyak kasus longsoran dipicu oleh tingginya curah hujan, seperti yang terjadi akhir-akhir ini sehingga tanah menjadi jenuh akibat intrusi air permukaan. Longsoran dapat terjadi pada lereng buatan maupun pada lereng alam dengan luas longsoran bermacam-macam, berikut klasifikasi luasan longsoran:
1. Longsoran sangat kecil dengan luasan 10 m2.
2. Longsoran kecil dengan luasan 10m2 sampai dengan 50 m2.
3. Longsoran sedang dengan luasan 50 m2 sampai dengan 100 m2.4. Longsoran agak luas dengan luasan 100 m2 sampai dengan 1000 m2.
5. Longsoran besar dengan luasan 1000 m2 sampai dengan 10000 m2.
6. Longsoran sangat besar dengan luasan lebih dari 10000 m2.
2. Longsoran kecil dengan luasan 10m2 sampai dengan 50 m2.
3. Longsoran sedang dengan luasan 50 m2 sampai dengan 100 m2.4. Longsoran agak luas dengan luasan 100 m2 sampai dengan 1000 m2.
5. Longsoran besar dengan luasan 1000 m2 sampai dengan 10000 m2.
6. Longsoran sangat besar dengan luasan lebih dari 10000 m2.
Untuk longsoran yang mencakup daerah permukiman, pengairan, jalan, serta prasarana dan sarana lainnya, memerlukan data yang lengkap, analisis yang teliti, serta memerlukan seorang yang ahli dalam bidang penanganan stabilitas lereng.
Berdasarkan gerakan massa tanahnya type longsoran dapat anda baca dihttp://dwikusumadpu.wordpress.com/2013/02/13/kestabilan-lereng-terhadap-bahaya-longsor/
Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor :
1. Penggalian tebing atau lereng yang terlalu curam.
2. Kerusakan dan penggundulan hutan.
3. Sistem drainase dan tata guna lahan yang kurang baik.
4. Erosi sungai yang terjadi dibagian bawah atau kaki lereng.
5. Gempa dapat mengakibatkan dampak longsor cukup besar.
2. Kerusakan dan penggundulan hutan.
3. Sistem drainase dan tata guna lahan yang kurang baik.
4. Erosi sungai yang terjadi dibagian bawah atau kaki lereng.
5. Gempa dapat mengakibatkan dampak longsor cukup besar.
Faktor Internal yang menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor:
1. Meningkatnya tegangan air pori tanah yang menyebabkan lemahnya kuat geser tanah.
2. Turunnya kemantapan suatu lereng akibat degradasi tanah/batuan bersamaan waktu dan usia.
3. Adanya aliran-aliran air yang terdapat di daerah tersebut yang tidak terdeteksi sebelumnya dimana mempunyai potensi menyebabkan longsoran atau pemicu terjadinya longsor yang dikarenakan interusi air ke dalam tanah yang sangat besar sehingga tidak terakomodasi oleh porositas tanah di lokasi tersebut.
2. Turunnya kemantapan suatu lereng akibat degradasi tanah/batuan bersamaan waktu dan usia.
3. Adanya aliran-aliran air yang terdapat di daerah tersebut yang tidak terdeteksi sebelumnya dimana mempunyai potensi menyebabkan longsoran atau pemicu terjadinya longsor yang dikarenakan interusi air ke dalam tanah yang sangat besar sehingga tidak terakomodasi oleh porositas tanah di lokasi tersebut.
Penanganan bencana tanah longsor dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Untuk penanganan darurat/sementara, Pembuatan saluran permukaan untuk mengamankan areal longsoran dari gerusan air akibat curah hujan tinggi, menimbun rekahan tanah dengan material bahan timbunan pilihan.
2. Untuk penanganan jangka panjang/permanent :
1. Untuk penanganan darurat/sementara, Pembuatan saluran permukaan untuk mengamankan areal longsoran dari gerusan air akibat curah hujan tinggi, menimbun rekahan tanah dengan material bahan timbunan pilihan.
2. Untuk penanganan jangka panjang/permanent :
- Pemasangan Dinding Penahan Tanah
- Pemasangan turap
- Mengubah geometrik lereng dengan membuat kemiringan sesuai sudut geser tanah, tanah longsoran yang jelek dibuang diganti dengan material sesuai spesifikasi tertentu, setiap lapisnya dipadatkan, pada tiap-tiap lapis dihamparkan sekat geotextile atau bahan sejenisnya dengan spesifikasi tertentu, kemudian ditahan sebuah dinding penahan tanah yang terbuat dari beton non pasir. Pemilihan jenis beton non pasir ini dikarenakan jenis beton khusus ini memang didisegn untuk meloloskan air, sehingga akan menggurangi tingkat tegangan air pori tanah. Penggunaan jenis beton non pasir untuk dinding penahan tanah sudah sangat familiar di luar negeri.Perlu diketahui, bahaya longsor hanya akan terjadi di wilayah dengan bidang kemiringan yang curam, Tidak terpeliharanya sistem drainase yang baik dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan tidak adanya keseimbangan antara luas area lereng dengan jumlah pohon yang seharusnya ada di dalam luasan area tersebut. Akar pepohonan dengan umur 5 hingga 10 tahun keatas dapat mengikat air dan mempunyai kemapuan untuk mengikat butiran tanah sehingga dpat menghampat terjadinya degradasi tanah tersebut. Kestabilan lereng terhadap bahaya longsor dapat diwujudkan jika kita memang peduli dan turut andil di dalamnya untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan baik.Note : Jadilah pembaca yang baik, jika anda menganggap tulisan saya bermanfaat silahkan dicopy atau anda sebar luaskan. Tentunya tetap mencantumkan sumbernya. Hargailah kekayaan intelektual seseorang, maka orang lain pun akan menghormati anda.Sumber:Bambang Ari Amarto., S.T, Longsor di Wilayah Ciwidey Bandung Selatan, Jurnal Pendidikan Profesional , 2010
Dwi Kusuma Sulistyorini, Guruh Nurul Yudawati, Prof. Ir. H. Pratikso, MST., Ph.D dan Ir. H. Sumirin, MS “Analisa Kestabilan Lereng Terhadap Bahaya Longsor di Jalan Toll- Jangli Semarang”, 2003dwikusumadpu.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar