WASPADAI BENCANA TANAH LONGSOR PADA SAAT MUSIM HUJAN

Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur hampir di seluruh wilayah Indonesia beberapa minggu ini. Bencana alam yang sama terulang kembali yaitu banjir dan tanah longsor. Kedua bencana ini sering terjadi apabila curah hujan tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa air dan atau tanah dengan kondisi bawah dengan kandungan air mempunyai kekuatan yang tidak boleh disepelekan.
Tanah Longsor Tomohon Sulut
Gambar 1. Tanah Longsor di Tomohon, Sulut
Hari jum’at tanggal 17 Januari 2014 terjadi bencana tanah longsor di Tomohon, Manado Sulawesi Utara. Di lokasi berbeda tanah longsor juga terjadi  di ruas jalan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Bencana tanah longsor juga terjadi di banyak lokasi di seluruh wilayah indonesia yang mungkin diberitakan oleh media cetak maupun elektronik.
Tanah Longsor JagakarsaGambar 2. Tanah Longsor di Jagakarsa, Jakarta Selatan
Jika dicermati, terdapat kemiripan antara kedua topograsi pada kedua foto di atas, yaitu sisi sebelah longsoran adalah tebing atau bukit (datarannya lebih tinggi). Memang benar longsoran hanya terjadi pada daerah lerengnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan curah hujan dengan topografi daerah tersebut. Pada saat turun hujan, dapat dipastikan air dari tebing akan meluncur menyeberangi jalan dari atas perkerasan jalan maupun menggerus dibawah perkerasan jalan. Dari foto di atas tidak tampak adanya reruntuhan talud atau dinding penahan tanah, saya kurang tahu kondisi nyata karena hanya foto dari media elektronik. Semoga saja sudah ada dinding penahan tanahnya, tetapi ikut runtuh dan tidak terekam pada foto di atas.  Dinding penahan tanah sangat diperlukan untuk daerah-daerah rawan longsor, apalagi jika pada lokasi tersebut terdapat sarana prasarana publik. Karena jika tidak diantisipasi dengan dinding penahan tanah maka gerusan air dan stabilitas lereng akan mudah longsor. Dampak kerusakan dan korban jiwa  akibat tanah longsor yang melanda sejumlah titik rawan bencana longsor pun akan semakin banyak jika titik rawan longsor tersebut tanpa adanya dinding penahan tanah.
Tanah Longsor dengan gerusan air
Gambar 3. Tanah Longsor di Randublatung, Blora
Keberadaan dinding penahan tanah pada suatu peristiwa kadang tidak mampu menanggulangi bencana tanah longsor. Meskipun telah direncanakan dengan perhitungan yang sudah sesuai dengan tata cara perencanaan sebuah dinding penahan tanah, pada kasus tertentu  dinding penahan tanah tersebut tidak mampu menahan pergerakan tanah yang longsor akibat tergerus oleh aliran air yang tidak terprediksi debitnya. Pada foto di atas tampak suatu dinding penahan tanah yang mengalami kerusakan akibat gerusan air dengan debit yang luar biasa, hal tersebut dapat dilihat jejak gerusan aliran air membentuk cekungan menyerupai selokan. Pada kasus yang terjadi di gambar 3, kebetulan saya sedikit banyak mengetahui kondisi nyatanya. Dinding penahan tanah tersebut mengalami kerusakan dikarenakan tidak adanya drainase lingkungan di sekitar lokasi, sehingga pada saat hujan lebat, maka air menggenangi dan menggerus tanah di lokasi longsor tersebut. Meskipun pada dinding penahan tanah sudah dilengkapi dengan suling-suling untuk mengalirkan air, tetapi debit air yang datang lebih besar akibat tidak adanya drainase.
Dinding Penahan Tanah dilengkapi terjunan
Gambar 4. Dinding Penahan Tanah yang dilengkapi Terjunan, Ngadipurwo, Blora (2008)
Dinding Penahan Tanah
Gambar 5. Dinding Penahan Tanah Tanpa Gerusan Air
Karena Tertatanya Drainase Lingkungan Setempat, Kedungbanteng, Blora (2008)
Dinding Penahan Tanah
Gambar 6. Dinding Penahan Tanah Tanpa Gerusan Air
Karena Tertatanya Drainase Lingkungan Setempat, Pelem, Blora (2012)
Tampak pada gambar 4, sebuah dinding penahan tanah meskipun telah ada suling-suling juga dilengkapi dengan terjunan. Hal ini untuk menyambung drainase lingkungan dan mengalirkan air.  Air tidak dibiarkan meluap dan mengalir liar menggerus dinding penahan tanah. Kepekaan warga masyarakat untuk menata drainase di lingkungan tempat tinggalnya merupakan hal penting dalam mewujudkan kelestarian bangunan infrastruktur yang telah dibangun oleh pihak pemerintah. Perlu adanya kerjasama antara masyarakat bersama-sama pemerintah. Masayarakat juga seharusnya bersikap proaktif, memberikan masukan tentang informasi yang ada di tempatnya, karena tidak menutup kemungkinan konsultan perencana tidak mengetahui pasti bagaimana kondisi drainase di lingkungan tersebut, ditambah lagi faktor keterbatasan dana sehingga luapan air akibat tidak adanya drainase atau tidak berfungsinya drainase mengakibatkan aliran air yang liar menggerus tanah dan berakibat longsor. Menjaga kelestarian alam dengan tidak menebang pohon, aktif melakukan reboisasi atau menanam pohon juga akan membantu tanah tidak mudah tergerus air pada saat curah hujan meningkat.
Jika bencana sudah datang, tidak perlu saling menyalahkan. Mari kita ambil hikmah dari setiap peristiwa alam yang diturunkan Allah SWT sebagai sarana untuk memperbaiki diri.
Note : Jadilah pembaca yang baik, jika anda menganggap tulisan saya bermanfaat silahkan dicopy atau anda sebar luaskan. Tentunya tetap mencantumkan sumbernya. Hargailah kekayaan intelektual seseorang, maka orang lain pun akan menghormati anda.
Sumber:
http://www.metrotvnews.com/foto
dwikusumadpu.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages