Semua tanah dalam bentuk aslinya selalu banyak mengandung grit (bahan kasar dalam bahan yang halus) yang harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum tanah itu dipakai sebagai bahan pembuatan genteng. Pemisahannya dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu cara manual (dengan tangan) dan dengan mesin. Mesin yang digunakan adalah mesin extruder atau menggunakan ball mill. cara manual merupakan cara yang paling murah dan sederhana. Setelah tanah liat tersebut tersaring, dari bahan kasar, sebelum mulai proses pembentukan, tanah liat plastis tersebut harus homogen dan bebas dari gelembung/kantong udara. Untuk itu tanah tersebut harus diulet (kneading) terlebih dahulu.
Pembentukan Genteng
Tanah liat yang sudah homogen dicetak dengan cetakan yang terbuat dari pelat besi. tanah liat diletakkan pada alat pres, alat pres ditekan dan diatur tekanannya, sebelum genteng mentah dilepas dari cetakan bentuk pinggir genteng dirapikan dari sisa tanah liat yang tertekan keluar dari cetakan. Pelat tanah liat akan tercetak dan berbentuk genteng mentah. Video pembuatan genteng secara manual dapat anda lihat di http://youtu.be/EaOTZb09A4A
Gambar 1. Alat Pencetak Genteng Cara Manual
Setelah genteng dilepas dari cetakan untuk selanjutnya dipindahkan supaya diangin-anginkan, diletakkan pada rak yang terbuat dari bambu. penempatan genteng mentah ini harus sangat hati-hati jangan sampai salah karena akan berakibat genteng dapat berubah bentuk.
Gambar 2. Genteng diletakkan pada rak bambu untuk diangin-anginkan
Setelah genteng mentah diangin-anginkan kurang lebih 1 hingga 3 hari, dan dilihat tidak mudah berubah bentuk jika diangkat dari rak, langkah selanjutnya adalah menjemur genteng mentah tersebut.
Gambar 3. Genteng dikeringkan secara alami dengan cara dijemur
Pengeringan secara alami ini dimaksudkan supaya genteng benar-benar kering dan tidak mengalami terpaan panas dengan suhu tinggi secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan genteng retak. Setelah genteng dinilai sudah kering, barulah diangkut ke tungku pembakaran untuk disusun dalam tungku. Dalam menyusun genteng, jangan terlalu padat dan lubang-lubang asap jangan sampai tertutup. Kesalahan akan mengakibatkan ada genteng yang terlalu matang dan ada genteng yang kurang matang sehingga akan merugikan.
Gambar 4. Tungku Pembakaran Genteng
Gambar 5. Susunan Genteng Dalam Tungku Pembakaran
Bahan bakar yang digunakan untuk menyalakan tungku biasanya kayu bakar, gabah kering atau daun-daunan. Beberapa produsen genteng juga sudah ada yang menggunakan alat bakar kompor (Brander) spiral atau model pipa.
Gambar 6. Kayu Bakar sebagai bahan bakar
Mula-mula pembakaran secara-pelahan-lahan hingga asap yang keluar dari tungku tidak putih lagi, api dapat sedikit dibesarkan sehingga warna api di dalam susunan genteng berwarna remang-remang. Proses selesainya pembakaran sesuai pengalaman si pembakar, biasanya masing-masing pembakar mempunyai patokan bermacam-macam sesuai pengalamannya.
Pemilihan (Seleksi)
Setelah api dipadamkan tungku akan mendingin secara pelahan-lahan. Temperatur akan turun selama sehari semalam atau sampai beberapa hari tergantung besaran api dan banyaknya genteng yang dibakar. sesudah temperatur rendah, genteng bisa dikeluarkan dan diproses pemilihan (seleksi) dapat dilaksanakan.
Untuk memilih genteng yang baik dan yang kurang baik di antara genteng tersebut tiap perusahaan menggunakan kritera yang berbeda-beda tetapi umumnya sifat-sifat berikut yang perlu diperhatikan yaitu tidak adanya retak-retak, tidak pecah, tidak terjadi perubahan bentuk, suara genteng apabila dipukul berbunyi nyaring, permukaan teksturnya halus, warnanya merata.
Perusahaan genteng dengan kriteria diatas, membagi genteng dalam beberapa kualitas. tetapi sebaiknya pembagian kualitas didasarkan atas kriteria menurut standart yang telah di tentukan di Indonesia. Hal ini diperlukan pengujian genteng produk perusahaan yang bersangkutan di Balai Keramik Bandung tiap jangka waktu tertentu.
Note : Jadilah pembaca yang baik, jika anda menganggap tulisan saya bermanfaat silahkan dicopy atau anda sebar luaskan. Tentunya tetap mencantumkan sumbernya. Hargailah kekayaan intelektual seseorang, maka orang lain pun akan menghormati anda.
Sumber :
Bahan Bangunan Alam dan Keramik, Prof. Ir. Sukandarrumidi MSc., PhD
http://dwikusumadpu.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar