Membuat beton yang baik tidak sesederhana seperti yang orang awam pikir. Hal ini sering kali saya ucapkan, sekali lagi membuat beton yang baik ya.. Beton yang baik disini adalah beton yang mempunyai mutu sesuaii yang direncanakan dan memiliki umur layan sesuai yang direncanakan pula alias durable.
Tahapan demi tahapan harus dilalui untuk menciptakan suatu produksi beton yang baik. Penyelidikan tentang sifat dan nilai bahan penyusunnya dan perhitungan tentang jumlah komposisi bahan penyusunnya.
Pada saat pembuatannya pun merupakan pengalaman menarik untuk dicermati. Belum tentu dari perhitungan awal akan tepat 100% membentuk adonan beton sesuai dengan yang diinginkan. Diperlukan keputusan yang tepat dalam waktu yang cepat, karena beton tidak dapat menunggu terlalu lama. Reaksi yang ditimbulkan oleh air, semen, pasir dan kericak menuntut kita segera berpikir cepat untuk membentuk beton yang baik sesusi dengan apa yang diharapkan.
Belakangan, saya membaca sebuah pertanyaan dari rekan mengapa berat beton yang dibentuk tidak sesuai rencana? Padahal sudah mengikuti prosedure job mix dengan teliti, apa yang salah? Hal tersebut mengakibatkan rekan tersebut tekor, karena tidak sesuai dengan tuntutan lapangan.
Gambar 1. Slump Test
Saya ingin berbagi pengalaman mengenai perubahan berat beton dari yang telah direncanakan. Berat beton per meter kubik yang dihasilkan pada pengalaman saya sedikit berbeda dengan berat beton pada saat perencanaan, baik beton segar maupun beton kering (umur 28 hari). Pada semua adukan yang dilakukan menghasilkan berat beton segar per meter kubik yang lebih kecil dari berat beton yang direncanakan. Hal tersebut terjadi karena adanya penambahan bahan pasta yang dilakukan pada saat pengadukan untuk mendapatkan nilai slump yang diinginkan dan setelah umur beton 28 hari setelah beton mengeras terjadi penurunan berat beton karena terjadi kehilangan sebagian berat air akibat proses hidrasi yang terjadi. Menurut SNI 03-2834-2000 beton normal memiliki berat 2200 – 2500 kg/m3 atau dengan berat jenis antara 2,20 – 2,50.
Jadi, tidak perlu heran dan khawatir, mengapa berat beton yang kita bikin berbeda dengan rencana selama memang adanya penambahan bahan pasta untuk mengejar nilai slump. Mengapa nilai slump harus dikunci sesuai rencana? Hal tersebut akan berpengaruh pada workabilitas beton.
Semoga pengalaman yang saya tuliskan dapat bermanfaat..
Note : Jadilah pembaca yang baik, jika anda menganggap tulisan saya bermanfaat silahkan dicopy atau anda sebar luaskan. Tentunya tetap mencantumkan sumbernya. Hargailah kekayaan intelektual seseorang, maka orang lain pun akan menghormati anda. Jika anda suka dengan tulisan saya mohon klik suka atau like pada blog ini, apresaiasi anda mendorong semangat saya untuk terus menulis.
Sumber:
Dwi Kusuma Sulistyorini, Pemanfaatan Batu Gamping Asal Kecamatan Bogorejo dan Pasir Asala Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah Untuk Pembuatan Beton Normal, Tesis S2, Universitas Gadjah Mada.
sumber: dwikusumadpu.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar