Mengetahui Tentang Investasi Properti


Tujuan orang melakukan investasi adalah untuk mengamankan uang mereka atau kekayaan mereka dan bisa untuk di jual kembali pada jangka waktu tertentu dengan keuntungan yang besar. selain itu banyak juga orang yang membeli properti untuk mengelola uang mereka. memang investasi properti adalah cara yang paling cerdas untuk memutar atau mengelola uang anda So selagi muda usahakan untuk berinvestasi di
bidang propertiuntuk menikmati hasilnya di hari tua. 
Alasannya antara lain adalah jumlah penduduk sampai saat ini makin bertambah, ini berarti, tanah akan relatif menjadi semakin sempit, karena pada dasarnya luas tanah tetap (supply tetap), sementara demand terus naik.
Nah menurut hukum ekonomi, jikalau supply tetap dan demand terus naik, maka harga akan ikut naik. Ini berarti selama demand untuk tanah atau properti naik, harga akan tetap naik. Nah, jenis properti apa saja yang layak dijadikan ladang investasi, simak berikut ini :

Ladang 1 : Residensial
Berinvetasi di properti residensial berarti anda membeli rumah, apartemen, atau rumah susun. Biaya investasi di properti jenis ini merupakan yang paling murah dibandingkan properti lainnya. Setelah membeli, anda bisa menyari penyewa atau menjualnya kembali.
Anda bisa melakukan berbagai perombakan terhadap properti yang anda beli ini sebelum disewakan atau dipasarkan. Kreatifitas dalam merombak menentukan harga sewa atau harga jual properti anda tersebut.

Ladang 2 :  Bangunan Kantor Komersial
Berinvestasi di properti macam ini butuh dana yang cukup besar. Pasalnya sebuah kantor harus memiliki beberapa fasilitas pendukungnya, tak hanya sebuah bangunan rumah biasa saja. Perlu beberapa perombakan jika sebuah rumah akan dipakai menjadi kantor, kecuali dari awal anda membeli atau membangun bangunan khusus untuk kantor.
Penyewa bangunan kantor seperti ini biasanya perusahaan kecil yang masih dalam tahap berkembang atau usaha kecil dan menengah (UKM). Lokasi yang tepat untuk bangunan kantor ini berada di daerah yang ramai dan tidak terlalu jauh dari pusat kota.

Ladang 3 : Properti Industri
Yang termasuk dalam properti di kawasan industri antara lain contohnya kawasan pergudangan, tempat parkir mobil atau bangunan dengan kegunaan khusus. Jika anda membeli properti seperti ini sebaiknya disewakan untuk jangka waktu yang lama, karena keuntungannya akan sangat tinggi ketimbang anda menjualnya.
Pasalnya, penyewaan di properti seperti ini punya tambahan biaya dari si penyewa karena ruangannya dipakai untuk berbisnis sehingga lebih banyak lagi keuntungan yang bisa anda dapat. Selain itu, anda bisa menyimpan mesin minuman swalayan memakai koin untuk tambahan pendapatan.

Ladang 4 : Pertokoan
Properti yang termasuk pertokoan ini banyak macamnya, mulai dari toko kecil di sebuah rumah, ruko bahkan sampai mal yang besar. Lazimnya, jika anda punya salah satu bentuk properti ini untuk disewakan, sebagian keuntungan dari si penyewa juga menjadi hak kita, tentunya sesuai dengan kesepakatan masing-masing. Dana tambahan dari keuntungan si penyewa ini biasanya diputar kembali untuk perwatan dan renovasi properti tersebut.

Ladang 5 : Bangunan Multi Guna
Bangunan multi guna adalah gabungan dari beberapa kategori di atas yang berkumpul di bawah satu atap. Contohnya, jika anda punya uang yang cukup banyak untuk membeli sebuah gedung kecil, atau mungkin sebagian uang bisa didapat dari bank. Supaya pembayaran tidak terlalu berat, anda bisa meminta bank tersebut membuka gerai di lantai paling bawah, sementara untuk lantai lainnya anda bisa mencari penyewa.
Bank yang meminjami anda uang tersebut akan mengembalikan sejumlah dana kepada anda berupa uang sewa, sehingga pembayaran utang dan bunganya tidak terlalu berat. Terus cari penyewa yang tepat untuk lantai yang masih kosong, lebih baik dengan diversifikasi jenis usaha jadi bisa lebih menarik pengunjung.


Rumah salah satu Instrument Investasi

Beberapa faktor akan memengaruhi pasar perumahan pada tahun ini, meski tercatat positif pertumbuhan harga perumahan bila diakumulasikan belakangan terakhir mengalami apresiasi harga yang tinggi setiap tahunnya. Tentunya hal itu mempersulit bagi masyarakat menengah memperoleh tempat tinggal.
Kenaikan harga rumah yang selalu naik tinggi juga terkait dengan suplai yang minim serta kenaikan harga bahan bangunan juga laju pertumbuhan penduduk yang bertambah pesat. Selain itu faktor lain yang tidak kalah menarik turut mendongkrak harga perumahan adalah persoalan demand dan investasi.
Rumah sekarang ini sudah bergeser menjadi instrumen penyimpan harta, pembeli, membeli rumah bukan lagi untuk dihuni melainkan untuk disewakan kembali, sehingga menjadikan perumahan sebaga perangkat investasi yang bergengsi. Minat investasi pada perumahan pada akhirnya mendorong developer menaikkan harga rumah secara berkala, sejalan dengan tingginya minat investasi tersebut.
Bisnis properti seperti halnya perumahan membutuhan modal yang terbilang padat, yang turut meningkatkan risiko bisnis. Berdasar hitungan tersebut mendorong pengembang tidak tanggung-tanggung menargetkan margin bisnis yang rata-rata mencapai minimal 20 persen dari harga jual rumah, salah satu jalan agar memenuhi target tersebut yakni dengan menaikkan harga rumah.
Harga rumah baru sekarang konon telah berbeda jauh dengan harga rumah yang dikembangkan beberapa bulan lalu. Rata-rata kenaikan harga perumahan untuk menengah di beberapa tempat yang lokasinya cukup baik seperti halnya Kelapa Gading, Menteng, Pantai Indah Kapuk, Pondok Indah, Bintaro dan di Serpong kenaikan harganya bahkan melebihi rata-rata kenaikan inflasi.
FR Suherman, General Manager Broker Properti Century 21 Indonesia mengatakan, secara umum pasar perumahan seperti halnya di Jakarta, mengalami kenaikan mengikuti wilayah inti yang terletak di kawasan segitiga emas CBD Jakarta. Menurut dia pasar perumahan untuk kategori menengah dan menengah atas di sekitar lokasi tersebut harga jualnya mengalami kenaikan 100 persen sejak awal tahun 2012 ini.
Sementara, area di Jakarta lainnya kenaikan harga jual rumah secara umum mencapai 30 hingga 40 persen per tahun. "Di sejumlah area baru di Jakarta memang kecenderungan kenaikan harga lebih diakibatkan karena pengembang-pengembang besar membangun perumahan bagi pasar para investor. Ini yang disebut area X," kata Suherman, Minggu (29/4).
Menurutnya pasar perumahan sekarang ini memang belum berpihak terhadap pembeli langsung (enduser), pengguna langsung atu enduser dijelaskanya sering terkecoh dalam membeli rumah di sejumlah lokasi-lokasi X yang dibangun pasar perumahan oleh pengembang bagi para investor.
Dikatakannya, sebelum membeli rumah hendaknya konsumen juga memahami ukuran harga yang ditetapkan pengembang bagi pembeli langsung pada lokasi tertentu di luar area perumahan yang biasa digandrungi oleh para investor.
"Sekarang ini pembeli langsung memang belum menjadi raja, karena pasar perumahan memang masih banyak diminati oleh investor. Tetapi tren ini akan berkebalikan di mana pada tahap tertentu tren harga rumah yang tinggi menyebabkan demand berkurang dan supplai mulai berlebihan, sehingga kala itu ukuran harga rumah akan banyak ditentukan berdasar penawaran calon pembeli langsung," tambah Suherman.
Sementara, Ketua Umum DPP Realestate Indonesia (REI), Setyo Maharso mengatakan, kenaikan harga rumah secara umum memang sering kali di atas peningkatan daya beli konsumen. Menurut dia hal itu membuat tidak sedikit dari pengembang yang terpaksa menurunkan standar harga jual rumah.
"Sekarang yang paling laku rumah seharga 600 juta rupiah hingga 800 juta rupiah, dari sebelumnya 400 juta rupiah sampai 500 juta rupiah. Tetapi bila ingin yang lebih murah dari itu bisa di dapat di daerah pinggir Jakarta," kata Setyo di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut dia sejumlah lokasi rumah untuk kategori menengah atas (mewah) banyak didominasi di kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Biaya operasional pembangunan rumah kata dia, berbeda-beda tergantung dari kawasan rumah tersebut dikembangkan. "Pembangunan rumah seperti di Pondok Indah, Puri Indah, dan Bintaro, pastinya berbeda nilai investasinya," tambah Setyo.
Sementara, untuk rumah murah, dia mengungkapkan, pengembang banyak membangun di kawasan pinggiran Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Menurutnya selain harga tanah di Botabek yang masih tergolong murah, di kawasan tersebut pembangunan rumah biasanya juga masuk dalam unit produksi rumah murah.
Lebih jauh dia mengemukakan bahwa pasar perumahan di Indonesia khususnya di Jakarta, tiap tahun memang mengalami gejolak kenaikan. Sejak awal 2012 ini kata dia potensi kenaikan harga baja menyusul pemulihan ekonomi global turut mendorong kenaikan harga rumah. Penyebab lain dijelaskannya biaya perizinan maupun legalitas, serta yang paling aktual sekarang ini yaitu rencana pembatasan bahan bakar minyak (BBM) maupun aturan Bank Indonesia down payment (uang muka) kredit kepemilikan rumah pada kuartal II 2012 ini akan semakin membuat harga rumah semakin mahal.
Secara terpisah, Arief Rahardjo, Head of research & Advisory konsultan properti PT Cushman & Wakefield Indonesia mengatakan, permintaan sub sektor properti berupa perumahan (landed houses) masih menunjukkan peningkatan yang berkelanjutan pada 2012 ini hingga 2013 mendatang. Sementara pasokan untuk perumahan belum dapat mengimbangi tingginya minat beli untuk sub sektor tersebut.
Berdasar riset konsultan properti Cushman & Wakefield menyebutkan sebagian besar enduser (pengguna akhir) pada pasar perumahan untuk beberapa wilayah di Jakarta, 77 persen, pembeli rumah adalah enduser, 23 persen lainnya adalah investor. Di Bekasi 75 persen adalah pembeli rumah langsung, sementara investor hanya 25 persen. Sedangkan di Tangerang tingkat pengguna rumah sebesar 79 persen, dan investor sebesar 21 persen.
Di wilayah lainnya seperti Bogor dan Depok, sebesar 78 persen pembeli rumah adalah end user, sementara sisanya sebanyak 22 persen adalah investor. Arief Rahardjo, Head of Research & Advisory at PT Cushman & Wakefield Indonesia mengatakan sejauh ini di sebagian besar wilayah Jabodetabek, tingginya minat beli pada pasar perumahan masih didominasi oleh penguna akhir bukan spekulan.
"Minat beli perumahan masih tinggi yang akan tetap didominasi oleh end user karena tingginya angka backlog perumahan juga masih besar yang berpeluang membuat pasar perumahan semakin prospektif kedepannya," kata Arief di Jakarta, belum lama ini

developerdankontraktor.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages