MEMELIHARA KELESTARIAN ALAM DAN MENGAKRABKAN DIRI DENGAN BENCANA

Pada awal  tahun 2014 kita melihat ibukota negara tertimba bencana banjir. Curah hujan yang  tinggi menambah luas wilayah yang terendam air. Banjir juga melanda Manado, Banten, Tangerang, Indramayu, Pekalongan, Semarang, Kudus, Pati dan daerah lain di wilayah Indonesia. Bencana tanah longsor juga melanda beberapa wilayah Indonesia. Terkini, hari Sabtu tanggal 25 Januari 2014, Indonesia diguncang gempa di barat daya Kabupaten Kebumen. Kita perlu menyadari letak negara kita yang berada pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia, lempeng benua Australia, lempeng samudera Hindia, dan lempeng samudera Pasifik mengakibatkan kawasan Indonesia rawan dilanda  gempa bumi. Selain itu Indonesia terletak di kawasan yang disebut dengan pacific ring of fire, di mana terdapat 83 gunung berapi aktif tersebar diwilayah Indonesia (National Geographic- Indonesia’s Ring of Fire : Living with volcanoes) , daerah dimana lebih dari 90% aktifitas gempa bumi terjadi.
Pasific ring of fire
Gambar 1. Pasific Ring Of Fore
Semua bencana tersebut telah terjadi, sangat tidak bijak jika kita saling menyalahkan dan saling menuding siapa yang paling bertanggung jawab atas bencana tersebut. Yuk, kita duduk bersama merenungkan apa yang telah kita lakukan terhadap lingkungan kita sejauh ini. Lepaskan ego, berpikirlah jernih. Letak negara kita seperti tersebut di atas, mempunyai 83 gunung api yang suatu saat akan meletus. Entah sekarang, besok, lusa atau entah kapan. Satu per satu meletus, atau meletus bersamaan. Kita tidak tahu kapan hal tersebut terjadi. Pernahkah kita berpikir tentang hal tersebut? Saya tidak menakut-nakutin, tapi inilah nusantara kita tercinta, Indonesia. Selain  kekayaan alam yang melimpah, tanah yang subur, garis pantai terpanjang sehingga Indonesia memiliki lautan yang luas. Kekayaan alam yang melimpah, kita lalai dan terlalu tamak dalam pemanfaatannya sehingga kerusakan alam berdampak bencana tanah longsor menimbulkan banyak korban jiwa. Lautan yang luas jika terjadi gempa, kemungkinan dapat menimbulkan tsunami.
Suasana Kota Yogyakarta saat Meletusnya GUnung Merapi 2010Gambar 2. Yogyakarta Saat Gunung Merapi Meletus Tahun 2010
Sederhananya saja, tanpa kita melakukan aktivitas yang merusak lingkungan, pernahkah kita menyadari bahwa kita hidup berdampingan dengan bencana? Menurut saya, jawabannya BELUM, belum kita sadari bersama tentang hal tersebut. Buktinya, kita belum mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana gempa.  Masyarakat belum tahu tindakan apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana. Tapi alhamdulillah kita sudah mempunyai institusi yang memantau aktivitas gunung api. Lalu bayangkan, jika tambah dengan terus menerus merusak alam?
Apa yang harus kita lakukan?
1. Perbaiki gaya hidup kita, mulailah dengan merubah kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan menjadi kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Lebih bagus lagi jika bersama-sama mengolah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
2. Taati Peraturan
Kita semua tahu fungsi sungai sebagai tempat mengalirnya air. Maka janganlah membangun bangunan atau permukiman di bantaran sungai, karena bantaran sungai berfungsi untuk menampung luapan air disaat curah hujan tinggi. Jika bantaran sungai penuh dengan permukiman, maka luapan air tidak mempunyai wadah untuk menampungnya, belum ditambah lagi aktivitas rumah tangga yang menghasilkan limbah akan mencemari aliran sungai.
Buatlah drainase dengan tipe saluran terbuka, saluran terbuka lebih murah dan mudah pemeliharaannya. Dari sisi biaya membuat saluran terbuka jauh lebih hemat dari pada saluran tertutup, karena saluran tertutup harus menambah plat penutup di atasnya, bangunan pendukung seperti mainhole, bak kontrol dan lain-lain, berbeda dengan saluran terbuka. Dari sisi pemeliharaan, saluran terbuka jauh lebih mudah melihat jika saluran tersebut tersumbat, kemudian membersihkannya pun bisa langsung dikerjakan dengan gotong royong atau kerja bakti. Jika ada kerusakan pada saluran mudah terpantau. Jika debit air yang datang sudah tidak sesuai dengan dimensi saluran pun akan mudah diketahui. Sudah banyak kasus banjir di daerah permukiman yang disebabkan tidak terawatnya saluran tertutup. Maka, saluran terbuka merupakan saluran yang mudah dan ideal untuk permukiman. Kecuali jika kondisi tidak memungkinkan untuk dibuat saluran terbuka, maka dipilihlah saluran tertutup, contoh saluran yang memotong melintang jalan (Gorong-gorong).
Saluran Terbuka
Gambar 3. Saluran Terbuka
Membangun bangunan rumah atau gedung sesuai dengan standart bangunan tahan gempa, mengacu pada peraturan yang ada di negara kita, yaitu SNI. Jangan pernah lagi menyepelekan daerah tempat anda tinggal akan terbebas dari gempa mengingat letak Indonesia memang berada pada zona rawan terjadi gempa. Gempa tektonik ataupun vulkanik.
3. Memelihara Alam
Negara kita dahulu dikenal dengan hutannya sebagai paru-paru dunia. Kenyataan sekarang mengatakan hampir 60% hutan kita rusak dan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Tentu kita mengetahui bagaimana akar dari pohon kelapa sawit. Belum lagi garis pantai kita yang sangat panjang sekarang tanpa pelindung alami hutan mangrove. Kita lihat, kerusakan alam terjadi di gunung dan di laut.  Perlu kita sadari bersama, keberadaan pohon di pegunungan dan di sepanjang pantai tidak hanya akar dari pepohonan tersebut akan memberikan kontribusi untuk menjaga kestabilan lereng jika di pegunungan dan menjaga dari abrasi jika di laut. Tetapikebutuhan kita akan tumbuhan hijau kian hari semakin diperlukan sebagai supply kebutuhan oksigen. Bahkan dulu pernah ada slogan 1 (satu ) pohon 2 (dua) manusia, hal tersebut merupakan ajakan agar kita dapat terus mempertahankan keseimbangan alam yang ada saat ini dengan laju pertumbuhan penduduk yang setiap tahunnya bertambah. Demikian juga dengan usia bumi tempat kita berpijak, alam akan mengalami degradasi, jika tidak kita jaga maka akan semakin mempercepat terjadinya bencana.
Marilah kita berbenah bersama-sama, melepaskan atribut dan ego kita. Indonesia adalah tanah air kita. Tempat kita hidup bersama. Bencana yang datang karena kerusakan alam adalah kita pemicunya. Tanpa kita buat bencana, sadarlah kita ini hidup di wilayah bencana dapat datang setiap saat tanpa kita tahu kapan. Jika kita semua sadar mengeklopitasi alam dengan bijak, stop segala intervensi politik yang hanya memperkaya pribadi atau golongan tertentu, maka kita dapat berfikir jernih bagaimana membangun sistem peringatan dini terhadap bahaya bencana yang akan ditimbulkan oleh 83 gunung berapi yang kita miliki. Kita ajari masyarakatnya untuk hidup akrab dengan bencana, sehingga pada saat bencana itu datang tidak terjadi kekacauan sosial, saling menuding dan menimpakan tanggung jawab.
Pekerjaan rumah kita semakin banyak dengan datangnya bencana ini, semoga membuat kita semakin sadar dan takut akan akibat yang ditimbulkan jika pembangunan yang ada tidak memperhatikan keseimbangan disekitarnya. Masalah ini adalah masalah kita bersama semua dapat kita selesaikan jika kita memang peduli dan turut andil didalamnya untuk melakukan hal-hal yang baik dengan memulainya dari diri kita sendiri.
Note : Jadilah pembaca yang baik, jika anda menganggap tulisan saya bermanfaat silahkan dicopy atau anda sebar luaskan. Tentunya tetap mencantumkan sumbernya. Meskipun yang anda lakukan baik, belum tentu Allah SWT menyukai cara anda. Hargailah kekayaan intelektual seseorang, maka orang lain pun akan menghormati anda.
sumber :dwikusumadpu.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages